Thursday, November 20, 2014

KESETIAAN SEORANG ISTRI [KISAH NABI AYUB AS]


Wanita (istri) yang sholehah merupakan sebaik-baik dan semulia-mulia gelar yang diberikan kepada wanita kekasih Alloh.  Seorang wanita, secara kodrat akan menjadi seorang istri. Seorang istri yang sholehah, memiliki sifat-sifat diantaranya penuh dengan kasih sayang, melayani suami, menjaga rahasia-rahasia suami, pandai mensyukuri segala pemberian dan kebaikan dari suami, dll. Ada kisah yang menggambarkan kesetiaan seorang istri, adalah kisah Nabi Ayub as.

Pada suatu hari, seluruh malaikat berkumpul membicarakan mahluk Alloh, mengenai ketaatan manusia dan maksiatnya, keburukan manusia dan kebaikannya. Akhirnya semua Malaikat itu memutuskan dengan sebulat suara bahwa Nabi Ayub lah di kala itu manusia yang paling baik di atas dunia, yang paling banyak ibadahnya kepada Alloh dan yang paling tinggi keimanan dalam dadanya. Dengan harta kekayaan yang banyak, anak keturunan yang banyak pula dia tidak pernah sekali pun terlambat beribadah dan bersujud kepada Alloh.

Mendengar keputusan Malaikat itu, iblis ingin menjalankan siasat kotornya. Iblis tak sudi kalau ada manusia di muka bumi ini tebal imannya kepada Alloh, sempurna ibadah dan syukurnya. Iblis pun menghadap ke hadirat Alloh, lalu berkata" Ya, Tuhan! hamba Mu yang bernama Ayub itu bukan lah beribadah menyembah Engkau, bukan bersyukur memuji Engkau. Ibadah dan syukurnya itu hanya karena hartanya yang banyak, keturunannya yang cukup. Dia menyembah Engkau itu hanya agar Engkau menambah harta dan keturunannya." Iblis pun meminta restu Alloh agar diijinkan untuk merampas semua yang dimiliki Nabi Ayub, harta maupun keturunan nya.

Dan Alloh pun mengijinkan Iblis untuk melenyapkan semua kenikmatan yang dimiliki Ayub, mulai dari menghancurkan semua hartanya, membunuh semua keturunan nya. Selain itu, iblis juga meniupkan kepada nabi ayub semacam penyakit yang berbahaya, yang membuat nabi ayub sakit, terhampar di tampat pembaringannya. Semakin hari penyakit itu semakin parah, dan tubuh nabi semakin kurus, dan semakin tidak berdaya. Bertahun-tahun dalam kesakitan nya, tubuh   nabi Ayub semakin memperihatinkan. kawan-kawan nya mulai meninggalkan dia, semua orang menjauhi dia, kecuali yang tersisa hanya tinggal sang istri seorang, yang bernama Rahmah.

Istri yang setia itu dengan tak kenal penat, melayani Nabi Ayub yang sedang sakit dengan segala kasih sayang dan susah-payah nya. Segala penyakit yang diderita Nabi Ayub seakan-akan dia sendiri ikut menderita nya pula. Nabi Ayub dihibur dan diladeni nya, hal mana menunjukkan keimanan seorang istri yang kuat dan teguh, yang tidak kalah pula dengan keimanan suaminya sendiri. Mereka berdua mengalami penghinaan dari orang-orang sekitar tempat tinggal mereka, hingga mereka diusir dari kampung tempat mereka tinggal. Padahal kondisi Nabi Ayub sedang tidak bisa apa-apa, dan dengan segenap tenaga yang ada, istri yang setia itu memangku dan menggendongnya dibawa ke luar kampung dan tinggal di sebuah pondok yang tidak berpenghuni.

Di sanalah Nabi Ayub dan istri nya menganggungkan derita lahir dan batin, dengan penuh kesabaran dan keimanan yang tidak pernah berkurangan. Untuk penghidupannya, rahmah terpaksa bekerja memotong-motong roti pada seorang pedagan roti. Setiap petang dia pulang mendapatkan suaminya, dengan membawa beberapa potong roti yang dihadiahkan orang kepadanya. Tetapi setelah orang ramai tahu, bahwa rahmah itu adalah istri Nabi Ayub, maka pedagang roti itupun tidak membenarkannya bekerja lagi sebagai tukang potong roti. Dalam ketidakpunyaan, rahmah tetap berjuang mencari pekerjaan untuk penghidupan mereka. Setiap hari rahmah pulang dan membawa sepotong roti dan air minum. Lama kelamaan Nabi Ayub curiga darimana sepotong roti itu berasal. Setelah ditanya, ternyata rahmah memperoleh uang untuk membeli makanan dengan cara menjual rambut nya yang indah, hingga gundul sama sekali. Seketika itu Nabi Ayub menangis melihat kondisi istrinya seperti itu. Kemudian berkatalah rahmah,"Janganlah engkau menangisi rambutku yang sudah hilang. Ketahuilah bahwa rambut itu akan tumbuh kembali dan mungkin akan lebih indah dari  yang sudah hilang itu." Demikianlah katanya menghibur suaminya.

Dan sampai pada akhirnya karena keimanan Nabi Ayub yang sangat kuat, dan kesabaran yang luar biasa dilmilikinya, Nabi Ayub kembali memiliki apa yang pernah ia miliki sebelum mendapat cobaan dari Alloh. Harta benda nya kembali, dan keluarga nya juga kembali, bahkan mereka kini lebih bahagia dari sebelumnya.

Dari kisah Nabi Ayub diatas, bisa kita ambil hikmah tentang kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Rahmah adalah seorang istri yang selalu melayani suami dengan penuh kasih sayang dalam suka maupun duka. Dengan penuh kesabaran ia merawat dan melayani suami nya. Tak pernah ada rasa keluh kesah yang iterlontar dari ucapannya kepada Nabi Ayub. Semua cobaan dia hadapi dengan peuh kesabaran, walau sebesar apapun cobaan itu. Dan Rahmah telah membuktikan nya.

No comments:

Post a Comment

author
Gina Lutfiana Azmi
Student of Junior High School 1 Tulungagung